Minggu, 11 Desember 2016

Teori Sosiologi Konflik Klasik



Secara umum, para ilmuwan sosiologi konflik lahir dari konteks masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran nilai dan struktural, dan dinamika kekuasaan dalam negara. Konteks sosiohistoris inilah yang membentuk pemikiran dalam sosiologi konflik. Istilah sosiologi konflik pertama kali digunakan oleh George Simmel dalam American Journal of Sociology tahun 1903 dalam artikelnya yang berjudul The Sociology of Conflict: I. Bryan S. Turner melalui Classical Sociology secara tidak langsung juga memberi penghargaan kepada Simmel sebagai penggagas sosiologi konflik (Turner, 1999: 147). Sedangkan para ilmuwan sosial klasik lainnya tidak menspesifikasi karya mereka sebagai sosiologi konflik, namun merupaka bangunan akademis ilmu sosial secara umum. Banyak di antara mereka bahkan merupakan ilmuwan yang membahas filsafat, matematika, astronomi, kedokteran, dan sejarah, seperti Ibnu Khaldun yang merupakan ahli astronomi, sejarah, filsafat, dan sosiologi. Sehingga bisa disebutkan bahwa, George Simmel adalah Bapak dari sosiologi konflik.
            Tokoh-tokoh sosiologi konflik klasik, seperti Ibnu Khaldun (1332-1406), Karl Marx (1818-1883), Emile Durkheim (1879-1912), Max Weber (1864-1920), dan George Simmel (1858-1918) mempunyai peran dasar dalam meletakkan mainstream teori sosial secara umum dan memengaruhi sosial konflik kontemporer pada khususnya. Terdapat empat tema sosiologi konflik klasik, yaitu konflik kelompok dan kelas, konflik dan stratifikasi sosial, kesadaran kolektif dan gerakan sosial, dan sosialisasi dan konflik alamiah.

Referensi: Novri Susan. 2009. Sosiologi Koflik & Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar