Minggu, 11 Desember 2016

Ilmu Sosial Kritis



Ilmu sosial kritis adalah tradisi yang meyakini bahwa ilmuwan sosial mempunyai kewajiban moral mengajak dalam melakukan kritik masyarakat. kepentingan teori sosial adalah emansipasi yang membebaskan masyarakat dari kekejaman struktur sosial menindas. Mereka menolak memisahkan analisis dari pertimbangan dan fakta dari nilai. Seperti yang disampaikan oleh Hardiman bahwa “Teori kritis hendak menembus realitas sosial sebagai fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi-kondisi yang bersifat transcendental yang melampaui data empiris. Teori kritis juga bersifat historis dan tidak meninggalkan data yang diberikan oleh pengalaman konstektual. Dengan demikian, teori kritis merupakan dialektika antara pengetahuan yang bersifat transcendental dan empiris” (Hardiman, 1990: 30).
Hal ini berarti aliran ilmu sosial kritis merupakan hasil dari usaha menemukan jalan keluar dari kebuntuan ilmu pengetahuan atau perdebatan antara positivisme dan humanisme ilmu sosial. Tradisi ilmu sosial kritis berkembang melalui Frankurt Institute. “mereka yang terlibat dalam aliran ini, pertama kali tokohnya adalah Felix Weil, Freiderick Pollock, Carl Grundenberg, Max Horkheimer, Karl Wittgovel, Henry Grossman, Adorno, Marcuse, dan kemudian yang membuka kebuntuan para pendahulunya adalah Juergen Hebermas. Dari nama-nama tersebut yang merupakan mazhab Frankurt adalah Horkheimer, Adorno, Marcuse, Pollock, dan Hebermas. Hebermas sendiri masuk dalam teori kritis kedua, dan yang lainnya teori kritis gelombang pertama” (Johnson, 1986: 166).
            Tiga tema besar yang mewarnai seluruh mazhab Frankurt adalah, pertama menetapkan kembali persoalan-persoalan besar dalam filsafat melalui program penelitian interdisipliner, kedua menolak pandangan-pandangan Marxisme ortodoks, ketiga merumuskan teori masyarakat yang memungkinkan perubahan ekonomi, budaya, dan kesadaran atau dengan kata lain, menyusun teori dengan maksud praktis. Di sinilah secara epistemology, aliran teori kritis berbeda dari positivisme dan humanisme (Hardiman, 1990: 43).
            Semangat ini juga tumbuh di Amerika Serikat yang kemudian berkembang melalui analisis kritis dari Charles W. Mills (1956), yang melakuka studi kritis terhadap struktur sosial Amerika. Melalui bukunya The Power Elite (1956). Mills memberi kritik fungsionalisme Talcot Parsons yang positivis sebagai omong kososng dan melegitimasi status quo kekuasaan elite (Johnso, 1986). Mills juga memberikan kritik terhadap struktur sosial Amerika yang cenderung menindas masyarakat, melalui elite-elite berkuasa di sana. Analisis sosiologi Mills sebenarnya diposisikan sebagai aliran sosiologi skeptic karena ia tidak secara langsung menyebut pemikirannya sebagai aliran kritis. Walaupun demikian pemikiran sosiologi Mills bisa dikategorikan sebagai sosiologi kritik karena analisis kritisnya terhadap struktur kekuasaan dan oligarki elite kekuasaan yang mendominasi masyarakat Amerika.
            Sosiologi terkemuka saat ini yang juga mengkritisi positivisme adalah Anthony Giddens di Inggris, walaupun dia juga melakukan kritik terhadap mazhab kritis yang menurutnya masih menggunakan rasionalitas terhadap pengertian fungsionalisme struktural. (Giddens, 1995).


Referensi:
Novri Susan. 2009. Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar