Minggu, 25 Desember 2016

Nilai dan Pendidikan Menurut Aliran Pragmatisme



            Bagi kelompok pragmatis ilai itu bersifat relatif. Etik dan aturan-aturan moral tidak permanen tetapi tampil karena perubahan budaya dan masyarakat. ini tidak menunjukkan bahwa nilai-nilai moral itu bersifat fluktuatif dari masa ke masa. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perintah tertentu yang dianggap sebagai pengikat secara universal tanpa memperhatikan lingkungan di mana ia diakui dan dipraktikkan. Larangan’jangan membunuh’ umpamanya, bukanlah sebuah prinsip yang absolute. Suatu saat perilaku membunuh, umpamanya, dapat saja menjadi benar ketika dilakukan untuk mempertahankan diri atau mungkin karena memelihara kehidupan dari orang lain. Oleh karena itu, bagi kaum pragmatis anak didik hasrus diajarkan bagaimana membuat keputusan moral yang sulit yang tidak dengan merujuk pada prinsip moral yang sudah begitu adanya, tetapi dengan memutuskan melalui tindakan yang dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi sejumlah besar umat manusia.
            Kelompok pragmatis meminta kita untuk menguji ketinggian nilai-nilai moral kita seiring bagaimana kita menguji dapat kebenaran idea-idea kita. Kita mesti memperhatikan problema kehidupan manusia baik secara filosofi maupun saintifik dan memilih nilai-nilai mana yang kelihatannya dapat memecahkan problematika manusia. Niai-nilai ini tidak mesti dipaksakan kepada kita melalui adanya semacam badan otoritas tertentu, tetapi mesti disepakatidalam keterbukaan dan diskusi yang informatif yang didasarkan pada bukti-bukti objektif.
            Semakin kompleks sebuah masyarakat, tuntutan kepada individu pun juga semakin besar. Tetapi keompok pragmatis menolak konsep individualism ini yang mengarah pada eksploitasi dan juga persetujuan sosial yang menggabungkan individualitas orang. Dewey mengatakan bahwa ikatan individu dan sanksi sosial merupakan sebuah ‘perjanjian yang bersifat kritis’. Masyarakat otopian yang diimpikannya dibangun oleh orang-orang yang memiliki keberanian untuk berpikir secara bebas dan namun mengaitkan diri mereka pada kelompok.
            Pertanyaan tentang apa dasar moral kelompok pragmatis, William James membentangkan doktrinnya, kelompok pragmatis sesungguhnya tidak memiliki anggapan apa pun, tidak ada dogma yang menghalangi, tidak ada aturan-aturan yang rigid. Orang pragmatis itu benar-benar ramah. Dia akan mengajukan hipotesis-hipotesis dia akan memperhatikan bukti-bukti. Satu-satunya pengujian kebenaran yang mungkin dimilikinya adalah sesuatu karya yang terbaik. Apa yang cocok dari setiap bagian kehidupan yang terbaik, dan kumpulan tuntutan pengalaman, tak satu pun yang dihilangkan. Anda lihat bagaimana demokrasinya orang pragmatis. Sikapnya beragam dan fleksibel, sumbernya kaya dan tidak akan habis dan kesimpulannya sama simpatiknya dengan kesimpulan yang sesungguhnya.

Referensi:
Muhmidayeli. 2013. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar