Selasa, 27 Desember 2016

Sosialisasi Di Sekolah



            Sekolah memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak.
Anak mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk ke sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan orang yang terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga. Suasana di rumah bercorak nformal dan banyak kelakuan yang diizinkan menurut suasana di rumah. Banyak sedikit anaka di rumah dimanjakan oleh orang tua yang mengasihinya, terutama bila ia anak pertama, anak tunggal, anak laki-laki satu-satunya di antara anak-anak perempuan, anak bungsu atau anak yang lemah, sering sakit-sakitan da memerlukan bantuan orang disekitarnya. Anak-anak di rumah biasanya mendapat perhatian secukupnya dari anggota keluarga lainnya.
Di sekolah anak itu mengalami suasana yang berlainan. Ia bukan lagi anak istimewa yang diberi perhatian khusus oleh ibu guru, melainkan hanya salah seorang di antara puluhan murid lainnya di dalam kelas. Guru tidak mungkin memberikan perhatian banyak kepadanya karena harus mengutamakan kepentingan kelas sebagai keseluruhan. Untuk itu anak-anak harus mengikuti peraturan yang bersifat formak yang tidak dialami anak di rumah, yang dengan sendirinya membatasi kebebasannya. Ia harus duduk di bangku tertentu untuk waktu yang telah ditentukan oleh lama jam pelajaran. Ia tidak boleh keluar masuk, berjalan-jalan, melakukan atau mengatakan sesuatu sesuka hatinya. Dalam kelas ia harus selalu memperlihatkan aturan dan kepentingan anak-anak lain.
Dengan suasana kelas yang demikian, anak itu melihat dirinya sebagai salah seorang di antara anak-anak lainnya. Demikian rasa egosentrisme berkurang dan digantikan oleh kelakuan yang bercorak sosial. Juga dipekarangan sewaktu istirahat ia tidak dapat menjalankan kemauannya seperti di rumah akan tetapi harus memperhitungkan kedudukannya dalam hubungannya dengan kedudukan anak-anak lain. jadi di sekolah anak itu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas keterampilan sosialnya. Ia juga berkenalan dengan anak yang berbagai ragam latar belakangnya dan belajar untuk menjalankan perannya dalam struktur sosial yang dihadapinya di sekolah.
Dalam perkembangan fisik dan psikologis anak, selanjutnya anak itu memeroleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan nak-anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin dan kepribadiannya. Lambat laun ia membiasakan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas.
Sekolah merupakan lembaga tempat anak terutama diberi pendidikan intelektual, yakni mempersiapkan anak untuk sekolah yang lebih lanjut. Oleh sebab itu tugas cukup penting dan berat, maka perhatian sekolah sebagian besar ditujukan kepada aspek intelektual itu. Aspek lain seperti pendidikan moral melalui pendidikan agama dan moral Pancasila juga diperhatikan, namun dapat kita katakana bahw apendidikan sosial masih belum mendapat tempat yang menonjol. Kesempatan-kesempatan untuk  kerja-sama dalam pelajaran dan kegiatan kurikulum maupun ekstra-kulikuler lainnya perlu lebih dimanfaatkan.
Untuk mengetahui hingga manakah pendidikan sosial di sekolah dilakukan, kita perlu mempelajari hal-hal yang berikut:
1.      Nilai-nilai yang dianut di sekolah.
2.      Corak kepemimoinan, apakah otokratis atau demokratis.
3.      Hubungan antar-murid, apakah misalnya terutama dipengaruhi oleh suasana persaingan atau kerja sama.

1 komentar: