Senin, 26 Desember 2016

Cara-Cara Menentukan Golongan Sosial



            Konsep tentang golongan sosial bergantung pada cara seseorang menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena adanya perbedaan status di kalangan anggota masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi sosial dapat diikuti tiga metode, yakni (1) metode obyektif, (2) metode subyektif, dan (3) metode reputasi.
            Metode obyektif. Strategi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, dan jenis pekerjaan. Biasanya keterangan demikian terkumpul sewaktu diadakan sensus. Menurut suatu penelitian (1954) di Amerika Serikat dokter menempati urutan yang sangat tinggi sama dengan gubernur negara bagian. Juga professor tinggi kedudukannya sama dengan ilmuwan, anggota Kongres, Dewan Perwakilan Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang paling rendah dari kapten tentara, permain orkes atau kontraktor, akan tetapi lebih tinggi daripada penyiar radio, masnis dan polisi. Yang paling rendah kedudukannya adalah tukang semir sepatu.
            Metode subyektif. Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat itu. Kepada mereka diajukan pertanyaan: “Menurut pendapat saudara termasuk golongan manakah saudara di negara ini? Golongan atas, golongan menengah, atau golongan rendah?” Dalam penelitian tahun 1940 diperoleh golongan atas 6% golongan menengah 88% dan golongan rendah 6%. Golonga menengah sangat menonjol, mungkin karena istilah “golongan rendah” agak menyinggung perasaan. Akan tetapi bila golongan rendah dipecah menjadi “golongan pekerja” dan “golongan rendah” maka hasilnya (194%) menjadi golongan atas 3%, golongan menengah 43%, golongan pekerja 51%, golongan rendah 1% sedangkan selebihnya tidak tahu (1%) dan tidak percaya akan adanya golongan sosial (1%).
            Metode reputasi. Metode ini dikembangkan oleh W. Lloyd Warner cs. Dalam metode ini golongan soisal dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakt itu. Kesulitan penggolongan obyejtif dan subyektif ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang dalam kehidupan sehari-hari yang nyata tentang golongan sosial masing-masing.
            Oleh sebab itu W. Lloyd Warner mengikuti suatu cara yang realistis yakni memberi kesempatan kepada orang dalam masyarakat itu sendiri untuk menentukan golongan-golongan mana yang terdapat dalam masyarakat itu lalu mengidentifikasi anggota masing-masing golongan itu. Warner cs banyak menggunakan teknik operasional ini tanpa sebenarnya merumuskan dasar-dasar diferensiasi penggolongan itu. Metode ini tidak menghiraukan dasar teoritis bagi penggolongan dan berusaha menentukan stratifikasi sosial seperti yang terdapat dalam interaksi nyata di kalangan penduduk dengan dasar pikiran bahwa merekalah yang sesungguhnya mengenal golongan itu dalam kenyataan. Metode penggolongan ini tidak dimaksud untuk mencari perbedaan status atau kekuasaan. Orang dalam masyarakat lain mungkin akan mengadakan stratifikasi sosial yang berbeda dengan menggunakan dasar yang berlainan. Dengan sendirinya sukarlah mengadakan perbandingan stratifikasi sosial antara berbagai macam masyarakat.
            Peneliti lain menggunakan berbagai kriteria sosial ekonomi untuk membedakan berbagai golongan sosial seperti jabatan, jumlah dan sumber pendapatan, tingkat pendidikan, agama, jenis dan luas rumah, lokasi rumah, asal keturunan, partisipasi dalam kegiatan organisasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan status sosial seseorang. Tidak ada satu metode yang secara umum berlaku untuk menentukan golongan sosial dalam berbagai masyarakat di dunia ini. Mungkin juga tak ada kriteria yang sama yang berlaku bagi masyarakat yang berbeda-beda. Rumah yang bagus, pendapatan yang banyak bagi prang desa belum tentu dianggap rumah bagus atau pendapatan banyak bagi orang desa belum tentu dianggap rumah bagus atau pendapatan banyak di kota, dan sebagainya. Dalam masyarakat pedesaan sering sukar menentukan stratifikasi sosial yang jelas. Dalam masyarakat lain dapat dibedakan dua golongan atau lebih yang jelas perbedaannya. Mungkin juga akan diperoleh penggolongan sosial yang berbeda-beda dalam masyarakat yang sama bila digumakan kriteria yang berlainan.
            Dalam menganalisis masyarakat arner menemukan enam golongan yakni golongan “upper-upper, lower-upper, upper-middle, lower-middle, upper-lower, lower-lower”. Jadi dapat dibedakan golongan atas, menengah, dan bawah dan tiap golongan terbagi pula dalam dua bagian yakni bagian atas dan bawah sehingga terdapat enam golongan. Besar tiap kelompok tidak sama. Biasanya golongan golongan paling atas kecil jumlah anggotanya, misalnya terdiri atas keturunan feudal atau yang kaya-raya, yang sangat dihormati, sedangkan golongan rendah pada umumnya besar jumlahnya dan lazim disebut “orang kebanyakan”.
            Stratifikasi sosial dalam masyarakat kita di Indonesia jelas tampak pada zaman feudal dan colonial, antara lain berdasarkan keturunan. Seterlah kita merdeka terbentuk stratifikasi lain berdasarkan kedudukan, sumber pendapatan, pendidikan, dan lain-lain. keberatan yang diajukan terhadap metode yang digunakan oleh Warner antara lain (1) metode itu hanya dapat digunakan bila masyarakat itu kecil sehingga masing-masing saling mengenal. Di kota yang besar dengan penduduk yang banyak di mana orang tidak kenal-mengenal, metodeini tidak berlaku. (2) dianggap bahwa metode ini tidak menggambarkan struktur stratifikasi sosial yang sebenarnya dalam masyarakat kecil akan tetapi menurut pandangan golongan menengah dan atas yang digunakan sebagai informan utama. Apakah golongan rendah akan mengetahui adanya enam lapisan sosial dan bukan hnya tiga atau empat? Keberatan ke (3) ialah bahwa metode ini tidak cermat dan tidak akan memberikan hasil yang sama bila diterapkan oleh peneliti lain.
Golongan Sosial Sebagai Lingkungan Sosial
            Golongan sosial sangat menentukan lingkungan sosial seseorang. Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan, sikap, watak seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, kultural dan sosial yang mencegah pergaulan dengan golongan-golongan lain. Manusia mempelajari kebudayaannya dari orang lain dalam golongan itu yang telah memiliki kebudayaan itu. Maka orang dalam golongan sosial tertentu akan menjadi orang yang sesuai dengan kebudayaan dalam golongan itu dan dengan sendiri mengalami kesulitan untuk memasuki lingkungan sosial lain. golongan sosial membatasi dan menentukan lingkungan belajar anak.
            Bila kita menghadapi orang yang belum kita kenal kita berusaha mengetahui golongan sosialnya agar dapat menentukan hingga berapa jauh kita dapat bersikap akrab kepadanya. Orang yang termasuk golongan sosial yang sama cenderung untuk bertempat tinggal di daerah tertentu. orang golongan atas akan tinggal di daerah elite karena anggota golongan rendah tidak mampu untuk tingga di sana. Orang akan mencari pergaulan di kalangan yang dianggap sama golongan sosialnya. Namun demikian ada kemungkinan terjadi perpindahan golongan sosial.

1 komentar: