Sabtu, 17 Desember 2016

Perkembangan Sosiologi Sesudah Perang Dunia Kedua



           
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesian pada tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana Indonesia, yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya memberi kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (akademi tersebut kemudian dilebur ke dalam Universitas Negeri Gadjah Mada, yang kemudian menjadi fakultas Sosial dan Politik). Beliau memberikan kuliah di dalam bahasa-bahasa Indonesia. Hal tersebut merupakan suatu kejadian baru karena sebelum Perang Dunia Kedua, semua kuliah pada perguruan-perguruan tinggi diberikan dalam bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam jurusan pemerintahan dalam negeri., hubungan luar negeri dan publisistik. Oleh sebab itu, kuliah-kuliah dalam ilmu pengetahuan tersebut sukar sekali untuk mencetuskan keinginan pada para sarjana, untuk memperdalam, kemudian mengembangkan sosiologi. Dengan dibukanya kesempatan bagi para sarjana dan mahasiswa Indonesia untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia mulai memperdalam pengetahuannya tentang sosiologi, bahkan ada di antaranya yang mempelajari ilmu tersebut secara khusus. Bertambahnya orang-orang yang memperdalam dan mengkhususkan diri dalam sosiologi tidak hanya menjadi dorongan untuk berkembangnya dan meluasnya ilmu pengetahuan tadi, tetapi sekaligus membawa perubahan dakam sifat dan sosiologi di Indonesia.
            Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia mulai diterbitkan sejak satu tahun setelah pecahnya revolusi fisik, yaitu Sosiologi Indonesia oleh Djody Gondokusuma yang memuat beberapa pengertian elementer dari sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai filsafat. Buku itu pada saat tersebut mendapat sambutan baik mengingat suasana revolusi fisik pada waktu itu, di mana mulai terasa suatu kehausan pada golongan terpelajar akan ilmu pengetahuan yang mungkin akan dapat membantu mereka di dalam usaha-usahanya memahami perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat dalam masyarakat Indonesia. Kira-kira dalam tahun 1950, setelah usai revolusi fisik, menyusullah suatu buku Sosiologi yang diterbitkan oleh Bardosono, yang sebenarnya merupakan sebuah diklat yang ditulis seorang mahasiswa yang mengikuti kuliah-kuliah sosiologi dari seorang guru besar yang tak disebutkan namanya dalam buku tersebut.
            Selanjutnya dapatlah dikemukakan buku karangan Hassan Shadiliy dengan judul Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan buku pelajaran pertama di dalam bahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern. Dalam suasana perkembangan perguruan tinggi di Indonesia, juga karena kurangnya buku-buku sosiologi dalam bahasa Indonesia, maupun yang diimpor dari luar negeri, ditambah pula kekurangan kemampuan yang ada pada para mahasiswa tingkat Persiapan, buku Hassan Shadily (lulusan Cornell University di Amerika Serikat) memenuhi keperluan para mahasiswa yang mulai belajar ilmu pengetahuan tersebut sebagai ilmu pembantu.
            Para pengajar yang mengikuti ajaran sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschappijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschappiji. Buku lain yang lebih luas, tetapi uraian mengenai pengertian-pengertian pokoknya kurang sistematis adalah buku pelajaran sosiologi yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas yang merupakan hasil karya Mayor Polak, seorang warga negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum Perang Dunia Kedua pada Universitas Leiden di negeri Belanda. Mayor Polak juga telah menulis suatu buku mengenai Sosiologi khusus yang berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan Politik yang terbit pada 1967.
            Sesuai dengan taraf permulaan dalam perkembangan ilmu sosiologi dewasa ini di Indonesia, adanya buku-buku berbahasa Indonesia dalam bidang tersebut masih bersifat sebagai buku pelajaran untuk menolong para mahasiswa di dalam pelajarannya tentang asas-asas serta persoalan-persoalan dari ilmu pengetahuan itu. Sepanjang pengetahuan, kecuali buku Mayor Polak, pada dewasa ini buku lain dalam bahasa Indonesia mengenai masalah-masalah sosiologi khusus adalah Sosiologi Hukum oleh Satjipto Rahardjo, Soerjono Soekanto, dan lain-lain, serta juga Sosiologi Kota oleh N. Daldjoeni, dan seterusnya.
            Dapat disebutkan pula buku-buku sosiologi lain yang dikarang oleh orang Indonesia, yaitu buku Social Changes in Yogyakarta, yang merupakan hasil karya Selo Soemardjan yang terbit dalam tahun 1962. Buku yang ditulis dalam bahasa Inggris itu merupakan disertasi penulis untuk mendapatkan gelar doktor pada Cornell University, Amerika Serikat. Isinya adalah perihal perubahan-perubahan dalam masyarakat di Yogyakarta sebagai akibat dari revolusi politik dan sosial pada waktu revolusi masih berpusat di kota Yogyakarta. Bersama Soelaeman Soermadi, pengarang yang sama telah menghimpun bagian-bagian terpenting dan beberapa text-book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas  dalam bahasa Indonesia. Buku yang berjudul Setangkai Bunga Sosiologi itu diterbitkan pada 1964 dan dipakai sebagai bacaan wajib pada beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta. Tidak kurang pentingnya pula bagi perkembangan sosiologi adalah karangan-karangan pendek mengenai masalah-masalah sosiologi yang tersebar di sana-sini, baik dalam bentuk publikasi yang dicetak dalam majalah-majalah berkala atau tak berkala, maupun dalam bentuk stensilan yang hanya dapat dibaca dalam kalangan peminat yang tidak luas.
            Pada dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan Politik atau Fakultas Ilmu Sosial di mana sosiologi dikuliahkan sampai tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat persiapan. Namun, belum ada universitas yang mempunyai fakultas tersendiri khusus untu sosiologi. Yang telah ada ialah jurusan sosiologi pada beberapa fakultas, misalnya pada Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia, dan Fakultas Sosial dan Politik Universitas Padjajaran. Dari jurusan sosiologi itulah diharapkan sumbangan dan dorongan lebih besar untuk mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia untuk kepentingan umum dan masyarakat.
            Penelitian-penelitian sosiologis di Indonesia belum mendapat tempat yang sewajarnya karena masyarakat masih terlampau percaya pada angka-angka yang relatif mutlak. Sosiologi tidak akan mengkinmenghasilkan hal-hal yang berlaku mutlak, karena masing-masing manusia mempunyai kekhususan sehingga sulit sekali untuk menerapkan teori-teori sosiologi secara umum. Apalagi masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku. Dalam hal ini masih diperlukan usaha yang tekun dank keras untuk menempatkan penelitian sosiologis pada tempat yang wajar.

Referensi:
Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar