Senin, 26 Desember 2016

Mobilitas Sosial



            Dalam setiap masyarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan golongan yang cukup banyak. Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem status dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekuasaan, dan sebagainya. Perpindahan orang dari golongan sosial yang lain, yang lebih tinggi atau lebih rendah disebut mobilas sosial. Vertical. Mobilitas sosial ini berari bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial yang berbeda dengan sebelumnya.
            Mobilitas sosial ini terus berlangsung di semua negara khususnya dalam masyarakat industry karena dibutuhkannya sejumlah besar tenaga teknis dan profesional. Golongan sosial tinggi tidak sanggup memenuhi segala kebutuhan itu dan terpaksa mengambilnya dari lapisan sosial yang lebih rendah. Mereka yang lahir dalam golongan atas yang tidak mempunyai motivasi untuk memperoleh kemampuan teknis, profesional atau managerial akan dengan sendirinya turun dalam tangga sosial.
            Dalam masyarakat feudal yang tidak memerlukan tenaga teknis profesional tidak terdapat mobilitas sosial vertical yang berarti. Masyarakat itu disebut “tertutup” atau statis. Sebaliknya masyarakat industri lebih terbuka karena memerlukan tenaga baru agar masyarakat itu dapat berfungsi dengan baik. Namun agar seorang naik pada yangga sosial individu itu sendiri harus mempunyai dorongan ingin naik kedudukan. Dalam masyarakat “terbuka” pada prinsipnya setiap orang dapat menduduki tempat tertinggi sehingga anak buruh rendah mungkin kelak menjadi presiden. Namun dalam kenyataannya anak-anak golongan rendah mengalami lebih banyak kesulitan daripada anak golongan atas. Selain itu ada lagi faktor-faktor penghambat lainnya seperti agama, kesukuan, jenis kelamin, dan sebagainya. Misalnya di negara yang mayoritas rakyatnya menganut agama tertentu, mereka yang lain agamnaya akan mendapat kesulitan untuk menduduki tempat yang terhormat dalam kenyataan walaupun secara ilegal ia mempunyai hak yang sama.demikian pula dengan kesukuan atau asal kebangsaannya. Jabatan tertentu masih dikaitkan dengan jenis kelamin tertentu, namun wanita telah berhasil menduduki tempat tertinggi di berbagai negara.
            Di negara yang mempunyai sistem kasta kedudukan seseorang telah ditentukan sejak ia lahir dalam kasta itu. Walaupun demikian di India pun masih cukup kesempatan untuk naik di tangga sosial, walaupun tidak seluas di negara modern. Ini mungkin terutama dengan mendapat pendidikan, jabatan, dan sumber pendapatan yang lebih baik. Kenaikan golongan sosial dapat diselidiki dengan (a) meneliti riwayat pekerjaan seseorang (b) membandingkan kedudukan sosial individu dengan kedudukan orang tuanya. Jadi tidak ada negara yang sepenuhnya “terbuka” atau “tertutup” bagi mobilitas sosial. Dalam masyarakat “terbuka” orang lebih mudah naik ke golongan sosial yang lebih tinggi. Boleh dikatakan bahwa status sosial seseorang bergantung pada usaha dan kemauannya untuk mengingkatkan golongan sosialnya. Dalam masyarakat “tertutup” kenaikan sosial mengalami banyak kesulitan di antaranya ada yang tidak dapat diatasi oleh individu itu sendiri karena ditentukan oleh keturunan.
            Walaupun dalam masyarakat terbuka setiap orang dapat mencapai tingkat sosial yang paling tinggi dalam kenyataan memang terdapat banyak mobilitas, yang naik lebih banyak daripada yang turun, namun kenaikan itu terbatas di negara-negara yang maju. Anak pada umumnya hanya naik atau turun sedikit dibandingkan dengan orang tuanya. Anak buruh kasar jarang akan menjadi professor, direktur bank atau menteri.
            Di Indonesia dapat kita harapkan banyak terdapat mobilitas sosial sejak kemerdekaan kita. Sebagai alasan dapat kita sebut hal-hal berikut. Banyak jabatan yang dahulu hanya dipegang oleh orang Belanda segera ditempati oleh bangsa kita. Kalau dahulu orang Indonesia hanya dapat menjadi pemilik sekolag, maka sekarang ia dapat menjadi Direktur SMA, Direktur Jenderal Pendidikan, bahkan Menteri Pendidikan. Demikian halnya dengan segala bidang pekerjaan lainnya, dalam pemerintahan maupun bidang swasta. Dengan digalakkannya industrialisasi terbuka jabatan-jabatan baru yang memerlukan tenaga teknis, profesional dan managerial. Faktor lain yang memperluas mobilitas sosial ialah perluasan dan peningkatan pendidikan untuk memenuhi tenaga kerja bagi pembangunan yang kian meningkat, khususnya pendidikan tinggi.
            Pada umumnya kenaikan status sosial dianggap baik karena membuktikan keberhasilan usaha seseorang. Namun ada mensinyalir aspek negatif, yakni bagi individu yakni timbulnya rasa ketegangan, keangkuhan dengan memamerkan kekayaan, keguncangan kehidupan keluarga dengan bertambahnya perceraian atau keretakan keluarga. Ini tidak berarti bahwa semua akan mengalami gangguan jiwa. Orang yang bermental kuat dan sehat dapat memelihara kemantapan pribadinya sekalipun ia menanjak dengan cepat dalam kedudukan dan kekayaannya.
            Selain itu mobilitas sosial dapat memperlemah solidaritas kelompok karena mereka yang beralih golongan sosial akan menerima norma-norma baru dari golongan yang dimasukinya dengan meninggalkan norma-norma golongan sosial semula.

1 komentar: