Secara umum, para ilmuwan sosiologi konflik lahir
dari konteks masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran nilai dan
struktural, dan dinamika kekuasaan dalam negara. Konteks sosiohistoris inilah
yang membentuk pemikiran dalam sosiologi konflik. Istilah sosiologi konflik
pertama kali digunakan oleh George Simmel dalam American Journal of Sociology tahun 1903 dalam artikelnya yang
berjudul The Sociology of Conflict: I.
Bryan S. Turner melalui Classical
Sociology secara tidak langsung juga memberi penghargaan kepada Simmel
sebagai penggagas sosiologi konflik (Turner, 1999: 147). Sedangkan para ilmuwan
sosial klasik lainnya tidak menspesifikasi karya mereka sebagai sosiologi
konflik, namun merupaka bangunan akademis ilmu sosial secara umum. Banyak di
antara mereka bahkan merupakan ilmuwan yang membahas filsafat, matematika,
astronomi, kedokteran, dan sejarah, seperti Ibnu Khaldun yang merupakan ahli
astronomi, sejarah, filsafat, dan sosiologi. Sehingga bisa disebutkan bahwa,
George Simmel adalah Bapak dari sosiologi konflik.
Tokoh-tokoh
sosiologi konflik klasik, seperti Ibnu Khaldun (1332-1406), Karl Marx (1818-1883),
Emile Durkheim (1879-1912), Max Weber (1864-1920), dan George Simmel (1858-1918)
mempunyai peran dasar dalam meletakkan mainstream
teori sosial secara umum dan memengaruhi sosial konflik kontemporer pada
khususnya. Terdapat empat tema sosiologi konflik klasik, yaitu konflik kelompok
dan kelas, konflik dan stratifikasi sosial, kesadaran kolektif dan gerakan
sosial, dan sosialisasi dan konflik alamiah.
Referensi: Novri Susan. 2009. Sosiologi Koflik & Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta:
Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar