Pemikiran Marx cenderung determinis ekonomi dan
Weber masuk menimbang aspek tindakan subjektif, kemudian di Perancis pada kurun
waktu yang sama Emile Durkheim memberikan perhatian di luar pemikiran Marx dan
Weber, pada apa yang disebutnya sebagai fakta sosial. Fakta sosial bersifat exteriority, yang di luar atau
eksternal, dan memaksa terhadap tindakan individu-individu. Individu bergerak
atas dasar nilai sosial yang eksternal, di luar dirinya dan terpaksa. Hal ini
adalah suatu aturan yang tidak tertulis, unwritten,
dan merupakan pembahasan sosiologi ilmiah.
Giddens
merinci dua makna yang saling berkaitan dari fakta sosial Durkheim. Pertama,
tiap orang dilahirkan dalam masyarakat yang terus berkembang dan telah
mempunyai suatu organisasi atau struktur yang pasti serta yang memengaruhi
kepribadiannya. Kedua, fakta-fakta sosial merupakan ‘hal yang berada di luar’
bagi seseorang dalam arti bahwa setiap individu mana pun, hanyalah merupakan
suatu unsur tunggal dari totalitas hubungan yang membentuk masyarakat (Giddens,
1986: 108). Baik Marx Weber dan Durkheim, sebenarnya menurut Giddens, mempunyai
kehendak terhadap kerangka teori yang mereka bangun terhadap realitas
kontemporer masing-masing.
Konsepsi
sosiologis Durkheim dapat dipahami melalui pembagian masyarakat ke dalam
masyarakat mekanik dan organik. Masyarakt mekanik mempunyai conscience collective, kesadaran umum,
yang mendasari tindakan-tindakan yang bersifat kolektif. Kesadaran umum dapat juga sebagai moral
bersama yang koersif pada setiap anggota-anggotanya. Bentuk masyarakat
berkesadaran kolektif ini seperti kelompok etnis tradisional dan kelompok tribal. Sedangkan kesadaran organik
bersifat lebih kompleks di mana individu-individu terhubung satu sama lain atas
dasar fungs kebutuhan. Kesadaran organis ini menjadi dasar dari berkembangnya
masyarakat modern (Durkheim, 1951).
Selain
membahas dua bentuk kesadaran, Durkheim juga membahas bunuh diri sebagai fakta
sosial. Ia mengklasifikasi bunuh diri menjadi bunuh diri egois (egoistic suicide), bunuh diri
pengorbanan (altruism sucide), bunuh
diri anomie (anomie suicide), dan
bunuh diri fatalistik (fatalistic
suicide) (Durkheim, 1951: 106-200). Durkheim
tidak secara khusus membicarakan konflik dalam masyarakat. Namun secara
tersirat melalui teori bunuh diri, analisis konflik bisa dikembangkan. Bahkan konflik
yang dibayangkan oleh Durkheim adalah antara maniusia dan sistem. Seperti penggambarannya
mengenai bunuh diri anomie. Bunuh diri anomi adalah hasil dari tercerabutnya
individu dari tatanan sosial. Individu berhadapan secara diametrical dengan
nilai dan norma lingkungannya. Artinya, individu mengalami persengketaan dengan
nilai dan norma di lingkungannya. Hal ini juga berarti individu bersengketa
dengan lembaga0lembaga penjaga norma yaitu masyarakat lingkungannya.
Bryan
Turner memosisikan Durkheim dalam golongan konservatif karena pemikiran
sosiologinya lebih memerhatikan tatanan sosial daripada perubahan sosial
(Turner, 1999: 89). Sehingga Durkheim sering disebut sebagai ilmuwan sosial
yang memengaruhi perkembangan teori fungsionalisme struktural. Suatu perspektif
ilmu sosiologi yang berat menimbang aspek konsesus dan harmoni sosial.
Sebenarnya
sosiologi Durkheim tidak lepas dari carut-marut politik di Perancis pada abad
ke-19 atau tahun1870-an ketika revolusi politik pada waktu itu ditandai oleh
berkembangnya ketegangan-ketegangan sosial antara konservatisme Katolik,
nasionalisme, dan anti-semitisme, melawan kelompok liberal, sekuler, dan
borjuis. Ketegangan di Perancis tersebut menciptakan konflik berdarah dari
kelompok borjuis Paris pada tahun 1871. Struktur sosial yang ditandai oleh
konflik dari berbagai kelompok melalui kesadaran kolektifnya dan
pergeseran-pergeseran moral (kesadaran) itulah yang memengaruhi Durkheim dalam
menciptakan sosiologi memerhatikan tatanan sosial. Durkheim merupakan seorang
yang konservatif namun sesungguhnya juga memerhatikan gerakan sosial masyarakat
sipil (Turner, 1999: 90-92).
Pemikiran
Durkheim sebenarnya dapat dimanfaatkan dalam menganalisis gerakan sosial dan
konflik. Durkheim sendiri menunjuk istilah ‘social
current’ yang diterjemahkan oleh Turner sebagai gerakan sosial (social movement) sebagai salah satu
pembahasan sosiologi melalui metode fakta sosial (Turner, 1999: 92). Salah satu
kunci analisis gerakan sosial Durkhemian adalah konsepnya mengenai kesadaran
kolektif yang mengikat individu-individu melalui berbagai simbol dan norma
sosial. Kesadaran kolektif ini merupakan unsur mendasar dari terjaganya
eksistensi kelompok. Fenomena kontemporer saat ini bisa dilihat dari berbagai
kasus bom bunuh diri kelompok-kelompok radikal di India, dan Timur Tengah. Artinya,
melalui kesadarn kolektif, gerakan sosial bisa memunculkan berbagai ketegangan
dan konflik berdarah. Seperti yang terjadi dalam masyarakat Perancis pada masa
revolusi politiknya.
Referensi: Novri Susan. 2009. Sosiologi Koflik & Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta:
Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar