Sosiologi
mempelajari objeknya yaitu masyarakat. untuk kepentingan itu, sosiologi
mempunyai cara kerja atau metode yang juga dipergunakan oleh ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode,
yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif mengutamakan
bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain
yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di
dalam masyarakat. di dalam metode kualitatif termasuk metode historis dan
metode komparatif, keduanya dikombinasikan menjadi historis – komparatif.
Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam
untu merumuskan prinsip-prinsip umum. Seorang sosiolog yang ingin menyelidiki
akibat-akibat revolusi (secara umum) akan mempergunakan bahan-bahan sejarah
untuk meneliti revolusi-revolusi penting yang terjadi dalam masa yang silam.
Metode
komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta
bidang-bidangnya untuk memeroleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan
serta sebab-sebabnya. Perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut
bertujuan untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai prilaku masyarakat pada
masa silam dan masa sekarang, dan juga mengenai masyarakat-masyarakat yang
mempunyai tingkat peradaban yang berbeda atau yang sama.
Metode
studi kasus bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala
nyata dalam kehidupan masyarakat. studi kasus dapat digunakan untuk menelaah
suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga maupun
individu-individu. Dasarnya adalah bahwa penelaahan suatu persoalan khusus yang
merupaka gejala umum dari persoalan-persoalan lainnya dapat menghasilkan
dalil-dalil umum. Alat-alat yang dipergunakan oleh metode studi kasus adalah
misalnya wawancara, pertanyaan-pertanyaan, dari daftar pertanyaan-pertanyaan, participant observer technique, dan
lain-lain. teknik wawancara seringkali dipakai apabila diperlukan data penting
dari masyarakat lain. teknik wawancara dapat dilaksanakan secara tidak tersusun
dan secara tersususun. Pada yang pertama, penyelidik menyerahkan pembicaraan
kepada orang yang diajak berwawancara, sedangkan pada yang terakhir, penyelidik
yang memimpin pembicaraan. Dalam mempergunakan teknik tersebut, penyelidik
harus sadar bahwa apa yang dikemukakan oleh yang diajak berwawancara, paling
tidak terpengaruhi oleh kehadirannya. Pada teknik pertanyaan, telah dibuatkan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Teknik tersebut hampir sama dengan
daftar pertanyaan-pertanyaan, di mana dilakukan wawancara melalui daftar
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
Dalam
participant observer technique, penyelidik
ikut serta dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok sosial yang sedang
diselidikinya. Dalam hal ini penyelidik akan berusaha sedapat-dapatnya untuk
tidak memengaruhi pola-pola lehidupan masyarakat yang sedang diselidikinya.
Metode kualitatif tersebut dalam istilah bahasa Jerman dapat dinamakan sebagai
metode berdasarkan verstehen (artinya
pengertian).
Metode
kuantitatif mengutamakan bahan-ahan keterangan dengan angka-angka, sehingga
gelaja-gejala yang diteliti dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala,
indeks, tabel, dan formula-formula yang semuanya mempergunakan ilmu pasti atau
matematika. Metode yang termasuk jenis metode kuantitatif adalah metode
statistic yang bertujuan menelaah gejala-gejala sosial secara matematis.
Akhir-akhir ini dihasilkan suatu teknik yang dinamakan Sociometry yang berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif. Sociometry mempergunakan skala-skala dan
angka-angka untuk mempelajari hubungan-hubungan antarmanusia dalam masyarakat.
jadi sociometry adalah himpunan
konsep-konsep dan metode-metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti
hubungan-hubungan antarmanusia dalam masyarakat secara kuantitatif.
Di
samping metode-metode di atas, metode-metode sosiologi lainnya didasarkan pada
penjelasan antara metode induktif yang
mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang
berlaku dalam lapangan yang lebih luas, dan metode deduktif yang mempergunakan proses sebaliknya, yaitu mulai dengan
kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam
keadaan yang khusus.
Hampir
sama, tetapi pada hakikatnya berbeda adalah penggolongan metode-metode
sosiologi ke dalam jenis metode empiris
yang menyandarkan diri pada keadaan-keadaan yang dengan nyata didapat dalam
masyarakat, dan jenis metode rationalistis
yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan pikiran sehat untu mencapai
pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan. Metode empiris dalam ilmu
sosilogi modern diwujudkan dengan research
atau penelitian yaitu cara mempelajari suatu masalah secara sistematis dan
intensif untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak mengenai masalah
tersebut. Research dapat bersifat basic
atau applied. Basic research adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan yang lebih banyak dari ilmu pengetahuan, sedangkan applied research ditujukan pada
penggunaan ilmu pengetahuan secara praktis. Metode rasionalistis banyak
dipergunakan dahulu – sekarang masih ada fungsionalisme – oleh para sarjana
sosiologi di Eropa.
Akhirnya,
sosiologi juga sering mempergunakan metode fungsionalisme. Secara singkat dapat
dijelaskan bahwa metode fungsionalisme bertujuan untuk meneliti kegunaan
lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. metode
tersebut berpendirian pokok bahwa unsur-unsur yang membentuk masyarakat
mempunyai hubungan timbal-balik yang saling pengaruh mempengaruhi;
masing-m,asing mempunyai fungsi tersendiri terhadap masyarakat. dalam bidang
antropologi, metode tersebut dipopulerkan oleh Bronislaw Malinowski dan A.R.
Radcliffe Brown, sedangkan sarjana-sarjana sosiologi yang melaksanakan
pendekatan fungsional terhadap masyarakat adalah antara lain Talcotr Parsons
dan Robbert K. Merton.
Metode-metode
sosiologi tersebut di atas bersifat saling melengkapi dan para ahkli sosiologi
sering kali menggunakan lebih dari satu metode untuk menyelidiki objeknya.
Kecuali metode-metode tersebt di atas, masing-masing ilmu pengetahuan dan juga
sosiologi mempunyai perlengkapan alat-alatnya sendiri, yaitu alat-alat yang
disebut konsep untuk menganalisis masalah-masalah yang terdapat dalam lapangannya
khususnya untuk sosiologi, yaitu masyarakat.
Referensi:
Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar