Ilmu sosial kritis adalah tradisi yang meyakini
bahwa ilmuwan sosial mempunyai kewajiban moral mengajak dalam melakukan kritik
masyarakat. kepentingan teori sosial adalah emansipasi yang membebaskan
masyarakat dari kekejaman struktur sosial menindas. Mereka menolak memisahkan
analisis dari pertimbangan dan fakta dari nilai. Seperti yang disampaikan oleh
Hardiman bahwa “Teori kritis hendak menembus realitas sosial sebagai fakta
sosiologis, untuk menemukan kondisi-kondisi yang bersifat transcendental yang
melampaui data empiris. Teori kritis juga bersifat historis dan tidak
meninggalkan data yang diberikan oleh pengalaman konstektual. Dengan demikian,
teori kritis merupakan dialektika antara pengetahuan yang bersifat
transcendental dan empiris” (Hardiman, 1990: 30).
Hal ini berarti aliran ilmu sosial
kritis merupakan hasil dari usaha menemukan jalan keluar dari kebuntuan ilmu
pengetahuan atau perdebatan antara positivisme dan humanisme ilmu sosial.
Tradisi ilmu sosial kritis berkembang melalui Frankurt Institute. “mereka yang terlibat
dalam aliran ini, pertama kali tokohnya adalah Felix Weil, Freiderick Pollock,
Carl Grundenberg, Max Horkheimer, Karl Wittgovel, Henry Grossman, Adorno,
Marcuse, dan kemudian yang membuka kebuntuan para pendahulunya adalah Juergen
Hebermas. Dari nama-nama tersebut yang merupakan mazhab Frankurt adalah
Horkheimer, Adorno, Marcuse, Pollock, dan Hebermas. Hebermas sendiri masuk
dalam teori kritis kedua, dan yang lainnya teori kritis gelombang pertama”
(Johnson, 1986: 166).
Tiga
tema besar yang mewarnai seluruh mazhab Frankurt adalah, pertama menetapkan
kembali persoalan-persoalan besar dalam filsafat melalui program penelitian
interdisipliner, kedua menolak pandangan-pandangan Marxisme ortodoks, ketiga
merumuskan teori masyarakat yang memungkinkan perubahan ekonomi, budaya, dan
kesadaran atau dengan kata lain, menyusun teori dengan maksud praktis. Di
sinilah secara epistemology, aliran teori kritis berbeda dari positivisme dan
humanisme (Hardiman, 1990: 43).
Semangat
ini juga tumbuh di Amerika Serikat yang kemudian berkembang melalui analisis
kritis dari Charles W. Mills (1956), yang melakuka studi kritis terhadap
struktur sosial Amerika. Melalui bukunya The
Power Elite (1956). Mills memberi
kritik fungsionalisme Talcot Parsons yang positivis sebagai omong kososng dan
melegitimasi status quo kekuasaan
elite (Johnso, 1986). Mills juga memberikan kritik terhadap struktur sosial
Amerika yang cenderung menindas masyarakat, melalui elite-elite berkuasa di
sana. Analisis sosiologi Mills sebenarnya diposisikan sebagai aliran sosiologi
skeptic karena ia tidak secara langsung menyebut pemikirannya sebagai aliran
kritis. Walaupun demikian pemikiran sosiologi Mills bisa dikategorikan sebagai
sosiologi kritik karena analisis kritisnya terhadap struktur kekuasaan dan oligarki
elite kekuasaan yang mendominasi masyarakat Amerika.
Sosiologi
terkemuka saat ini yang juga mengkritisi positivisme adalah Anthony Giddens di
Inggris, walaupun dia juga melakukan kritik terhadap mazhab kritis yang
menurutnya masih menggunakan rasionalitas terhadap pengertian fungsionalisme
struktural. (Giddens, 1995).
Referensi:
Novri Susan. 2009. Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar