Perkembangan ilmu sosial telah memperoleh fondasi
tradisi pemikiran yang berkembang di Eropa dari determinisme ekonomi dan
perjuangan kelas dari Marx, teori-teori tindakan dan stratifikasi sosial Weber,
dan fakta sosial dari Durkheim. George Simmel, meramalkan diskursus intelektual
melalui pemikiran yang bercorak realis dan interaksionis. Ia tumbuh di pusat
kebudayaan dagang orang-orang Yahudi di Belin. Pada saat dewasa ia mempelajari
filsafat dan sejarah. Hal ini menjadikan Simmel seorang ilmuwan murni, tidak
berpretensi membangun ideology perubahan seperti Marx. Simmel adalah bapak dari
sosiologi konflik, selain istilah yang ia berikan terhadap disiplin ini namun
jua analisisnya yang komprehensif mengenai sosiologi konflik.
Menurut
Turner, kunci perspektif sosiologi Simmel secara umum adalah relasionisme,
sosialisasi, dan bentuk-bentuk sosial. Relasionisme menjelaskan bahwa tidak ada
satu pun unsur-unsur sosial dapat dipahami melalui isolasi tetapi selalu dalam
kondisi saling keterkaitan dengan totalitas. Sedangkan bentuk-bentuk sosial
menunjuk pada keberadaan lembaga-lembaga sosial seperti keluarga, bentuk
pertukaran sosial, jaringan, dan lain-lain (Turner, 1999: 147-149). Sedangkan bentuk
sosiologi formal Simmel ditunjukkan melalui sosialisasi (socialization: Vergesellschaftung). Sosialisasi merupakan proses
yang menghubungkan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan sistem,
menghubungkan antar-individu menjadi masyarakat. sosialisasi adalah bentuk
(dinyatakan dalam berbagai cara yang begitu banyak) para individu tumbuh
bersama ke dalam kesatuan dan di dalam kepentingan-kepentingan mereka yang
terealisasikan (Simmel, 1971: 24).
Sosialisasi
melihat pada proses interksi sosial sebagai cara memciptakan persatuan
tersebut. Menurut Lallement “Simmel mengajukan sebuah konsep kunci, yaitu
konsep tindakan timbale balik. Melalui tidakan timbale balik secara sederhana
ia memahami pengaruh yang diberikan seseorang kepada sesamanya. Tindakan ini dituntun
oleh keseluruhan motivasi yang beragam (insting erotis, kepentingan praktis,
keyakinan religious, keharusan untuk bertahan hidup atau untuk menyerang,
kesenangan bermain-main, pekerjaan, dan sebagainya …) dan – tanpa pernah
berhenti bergerak – itulah totalitas seluruh tindakannya yang memberi
kontribusi untuk mempersatukan totalitas individu menjadi satu masyarakat
global” (Lallement, 2004: 64).
Fenomena
konflik dipandang sebagai proses sosialisasi. Sosialisasi bisa menciptakan asosialisasi,
yaitu para individu yang berkumpul sebagai kesatuan kelompok masyarakat.
sebaliknya, sosialisasi juga bisa melahirkan disasosialisasi yaitu para
individu mengalami interaksi saling bermusuhan karena adanya feeling of hostility secara alamiah. Simmel
menyatakan: “The actually dissociating
elements are the causes of the conflict – hatred and envy, want and desire” (unsur-unsur
yang sesungguhnya dari disasosialisasi adalah sebab-sebab konflik – kebencian dan
kecemburuan, keinginan, dan nafsu) (Simmel, 1903: 409).
Teori
sosialisasi Simmel mengenai konflik, bisa dipahami melalui konsep “geometry of social space”. Simmel
memberi perspektif hubungan konflik dan mediasi yang menarik. Simmel menggambar
hubungan dyad (dyadic relationship) dan
triad (triadic relationship). Dalam hubungan
dyad yang terdiri dari dua peserta, sifat hubungan itu adalah konfrontatif.
Pengertian integratifnya, dua peserta saling bergantung satu sama lain. Karena
kepergian satu partisipan akan menghancurkan hubungan tersebut. Perubahan polulasi,
dari dyad menjadi triad memberi perubahan kualitatif yang
mendasar. Dalam hubungan triad, salah
satu peserta mungkin akan ditinggalkan oleh koalisi dua peserta lainnya. Strategi
lainnya yang mungkin adalah kemunculan satu peserta sebagai mediator yang
menjaga kelompok terus berinteraksi positif dengan menciptakan kesepakatan. Sebaliknya
moderator bisa menciptakan konflik terus-menerus untuk keuntungannya sendiri
(Wallace & Wolf, 1995: 185).
Selanjutnya
menurut Simmel, ketika konflik menjadi bagian dari interaksi sosial, maka
konflik menciptakan batasan-batasan antar kelompok dengan memperkuat kesadaran
internal yang membuat kelompok tersebut terbedakan dan terpisah dari kelompok
lain. hal ini berlaku secara resiprokal antagonistic atau permusuhan timbale balik.
Akibat dari “reciprocal antagonisms” antar
kelompok itulah terbentuk divisi-divisi sosial dan sistem stratifikasi. Permusuhan
timbale balik tersebut mendirikan identitas dari berbagai macam kelompok dalam
sistem dan sekaligus juga menolong untuk memelihara keseluruhan sistem sosial.
Walaupun
konflik menjadi perhatian Simmel, integrasi sistem sosial adalah proses organis
yang dituju oleh Simmel. Menurut Jonathan Turner, Simmel concern pada hubungan-hubungan sosial yang terjadi di dalam konteks
sistematik yang hanya dapat ditipekan sebagai suatu percampuran organis dari
proses sosiatif dan disasosiatif. Proses itu adalah satu refleksi dari impuls
naluriah dari pelaku dan ketentuan yang memerintah oleh berbagai macam tipe
hubungan sosial. Oleh sebab itu, proses konflik adalah satu karakter di mana
pun dari sistem sosial, tetapi tidak memerlukan, dalam banyak kasus, petujuk
mengenai kerusakan sistem dan/atau perubahan sosial. Kenyataannya, konflik
dalam satu proses prinsip pengoprasian pada pemeliharaan keseluruhan sosial
dan/atau beberapa sub bagiannya (Turner, 1978: 128), pemikiran ini nantinya
banyak memengaruhi Lewis Coser yang melahirkan teori fungsi-fungsi konflik,
yaitu konflik secara alamiah membawa struktur sosial pada kondisi yang lebih
mapan dan baru.
Jonathan
Turner mencatat, perbedaan antara Marx dan Simmel terletak pada pandangan
Simmel terhadap hubungan sosial terjadi di dalam konteks sistematik yang hanya
dapat ditipekan sebagai pencampuradukan organis dari proses sosialisasi dandisosialisasi,
konflik terjadi di mana-mana dalam sistem sosial, kenyataannya konflik adalah
satu prinsip oprasional memelihara keseluruhan sosial dan/atau beberapa
bagiannya. Sedangkan Marx cenderung pada kelas dan dominasi, bukan sesuatu yang
alami (Turner, 1978).
Referensi: Novri Susan. 2009. Sosiologi Koflik & Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta:
Kencana.
keren abis postingannya. Thanks!
BalasHapus