Konsep
tentang golongan sosial bergantung pada cara seseorang menentukan golongan
sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena adanya perbedaan status di
kalangan anggota masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi sosial dapat diikuti
tiga metode, yakni (1) metode obyektif, (2) metode subyektif, dan (3) metode
reputasi.
Metode obyektif. Strategi ditentukan
berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi
pendidikan, dan jenis pekerjaan. Biasanya keterangan demikian terkumpul sewaktu
diadakan sensus. Menurut suatu penelitian (1954) di Amerika Serikat dokter
menempati urutan yang sangat tinggi sama dengan gubernur negara bagian. Juga professor
tinggi kedudukannya sama dengan ilmuwan, anggota Kongres, Dewan Perwakilan
Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang paling rendah dari kapten tentara,
permain orkes atau kontraktor, akan tetapi lebih tinggi daripada penyiar radio,
masnis dan polisi. Yang paling rendah kedudukannya adalah tukang semir sepatu.
Metode subyektif. Dalam metode ini
golongan sosial dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat menilai dirinya
dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat itu. Kepada mereka diajukan
pertanyaan: “Menurut pendapat saudara termasuk golongan manakah saudara di
negara ini? Golongan atas, golongan menengah, atau golongan rendah?” Dalam
penelitian tahun 1940 diperoleh golongan atas 6% golongan menengah 88% dan
golongan rendah 6%. Golonga menengah sangat menonjol, mungkin karena istilah “golongan
rendah” agak menyinggung perasaan. Akan tetapi bila golongan rendah dipecah
menjadi “golongan pekerja” dan “golongan rendah” maka hasilnya (194%) menjadi
golongan atas 3%, golongan menengah 43%, golongan pekerja 51%, golongan rendah
1% sedangkan selebihnya tidak tahu (1%) dan tidak percaya akan adanya golongan
sosial (1%).
Metode reputasi. Metode ini dikembangkan
oleh W. Lloyd Warner cs. Dalam metode
ini golongan soisal dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan
masing-masing dalam stratifikasi masyarakt itu. Kesulitan penggolongan obyejtif
dan subyektif ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan
orang dalam kehidupan sehari-hari yang nyata tentang golongan sosial
masing-masing.
Oleh
sebab itu W. Lloyd Warner mengikuti
suatu cara yang realistis yakni memberi kesempatan kepada orang dalam
masyarakat itu sendiri untuk menentukan golongan-golongan mana yang terdapat
dalam masyarakat itu lalu mengidentifikasi anggota masing-masing golongan itu. Warner
cs banyak menggunakan teknik operasional ini tanpa sebenarnya merumuskan
dasar-dasar diferensiasi penggolongan itu. Metode ini tidak menghiraukan dasar
teoritis bagi penggolongan dan berusaha menentukan stratifikasi sosial seperti
yang terdapat dalam interaksi nyata di kalangan penduduk dengan dasar pikiran
bahwa merekalah yang sesungguhnya mengenal golongan itu dalam kenyataan. Metode
penggolongan ini tidak dimaksud untuk mencari perbedaan status atau kekuasaan. Orang
dalam masyarakat lain mungkin akan mengadakan stratifikasi sosial yang berbeda
dengan menggunakan dasar yang berlainan. Dengan sendirinya sukarlah mengadakan
perbandingan stratifikasi sosial antara berbagai macam masyarakat.
Peneliti
lain menggunakan berbagai kriteria sosial ekonomi untuk membedakan berbagai
golongan sosial seperti jabatan, jumlah dan sumber pendapatan, tingkat
pendidikan, agama, jenis dan luas rumah, lokasi rumah, asal keturunan,
partisipasi dalam kegiatan organisasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
status sosial seseorang. Tidak ada satu metode yang secara umum berlaku untuk
menentukan golongan sosial dalam berbagai masyarakat di dunia ini. Mungkin juga
tak ada kriteria yang sama yang berlaku bagi masyarakat yang berbeda-beda. Rumah
yang bagus, pendapatan yang banyak bagi prang desa belum tentu dianggap rumah
bagus atau pendapatan banyak bagi orang desa belum tentu dianggap rumah bagus
atau pendapatan banyak di kota, dan sebagainya. Dalam masyarakat pedesaan
sering sukar menentukan stratifikasi sosial yang jelas. Dalam masyarakat lain
dapat dibedakan dua golongan atau lebih yang jelas perbedaannya. Mungkin juga
akan diperoleh penggolongan sosial yang berbeda-beda dalam masyarakat yang sama
bila digumakan kriteria yang berlainan.
Dalam
menganalisis masyarakat arner menemukan enam golongan yakni golongan “upper-upper,
lower-upper, upper-middle, lower-middle, upper-lower, lower-lower”. Jadi dapat
dibedakan golongan atas, menengah, dan bawah dan tiap golongan terbagi pula
dalam dua bagian yakni bagian atas dan bawah sehingga terdapat enam golongan. Besar
tiap kelompok tidak sama. Biasanya golongan golongan paling atas kecil jumlah
anggotanya, misalnya terdiri atas keturunan feudal atau yang kaya-raya, yang
sangat dihormati, sedangkan golongan rendah pada umumnya besar jumlahnya dan
lazim disebut “orang kebanyakan”.
Stratifikasi
sosial dalam masyarakat kita di Indonesia jelas tampak pada zaman feudal dan colonial,
antara lain berdasarkan keturunan. Seterlah kita merdeka terbentuk stratifikasi
lain berdasarkan kedudukan, sumber pendapatan, pendidikan, dan lain-lain. keberatan
yang diajukan terhadap metode yang digunakan oleh Warner antara lain (1) metode
itu hanya dapat digunakan bila masyarakat itu kecil sehingga masing-masing
saling mengenal. Di kota yang besar dengan penduduk yang banyak di mana orang
tidak kenal-mengenal, metodeini tidak berlaku. (2) dianggap bahwa metode ini
tidak menggambarkan struktur stratifikasi sosial yang sebenarnya dalam
masyarakat kecil akan tetapi menurut pandangan golongan menengah dan atas yang
digunakan sebagai informan utama. Apakah golongan rendah akan mengetahui adanya
enam lapisan sosial dan bukan hnya tiga atau empat? Keberatan ke (3) ialah
bahwa metode ini tidak cermat dan tidak akan memberikan hasil yang sama bila
diterapkan oleh peneliti lain.
Golongan
Sosial Sebagai Lingkungan Sosial
Golongan
sosial sangat menentukan lingkungan sosial seseorang. Pengetahuan, kebutuhan
dan tujuan, sikap, watak seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya. Sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan rintangan
ekonomi, kultural dan sosial yang mencegah pergaulan dengan golongan-golongan
lain. Manusia mempelajari kebudayaannya dari orang lain dalam golongan itu yang
telah memiliki kebudayaan itu. Maka orang dalam golongan sosial tertentu akan
menjadi orang yang sesuai dengan kebudayaan dalam golongan itu dan dengan
sendiri mengalami kesulitan untuk memasuki lingkungan sosial lain. golongan
sosial membatasi dan menentukan lingkungan belajar anak.
Bila
kita menghadapi orang yang belum kita kenal kita berusaha mengetahui golongan
sosialnya agar dapat menentukan hingga berapa jauh kita dapat bersikap akrab
kepadanya. Orang yang termasuk golongan sosial yang sama cenderung untuk
bertempat tinggal di daerah tertentu. orang golongan atas akan tinggal di
daerah elite karena anggota golongan rendah tidak mampu untuk tingga di sana.
Orang akan mencari pergaulan di kalangan yang dianggap sama golongan sosialnya.
Namun demikian ada kemungkinan terjadi perpindahan golongan sosial.
keren!
BalasHapusinfokredit