Sekolah
memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak, walaupun sekolah
merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak.
Anak mengalami perubahan dalam kelakuan
sosial setelah ia masuk ke sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan orang yang
terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga. Suasana
di rumah bercorak nformal dan banyak kelakuan yang diizinkan menurut suasana di
rumah. Banyak sedikit anaka di rumah dimanjakan oleh orang tua yang
mengasihinya, terutama bila ia anak pertama, anak tunggal, anak laki-laki
satu-satunya di antara anak-anak perempuan, anak bungsu atau anak yang lemah,
sering sakit-sakitan da memerlukan bantuan orang disekitarnya. Anak-anak di
rumah biasanya mendapat perhatian secukupnya dari anggota keluarga lainnya.
Di sekolah anak itu mengalami suasana
yang berlainan. Ia bukan lagi anak istimewa yang diberi perhatian khusus oleh
ibu guru, melainkan hanya salah seorang di antara puluhan murid lainnya di
dalam kelas. Guru tidak mungkin memberikan perhatian banyak kepadanya karena
harus mengutamakan kepentingan kelas sebagai keseluruhan. Untuk itu anak-anak
harus mengikuti peraturan yang bersifat formak yang tidak dialami anak di
rumah, yang dengan sendirinya membatasi kebebasannya. Ia harus duduk di bangku
tertentu untuk waktu yang telah ditentukan oleh lama jam pelajaran. Ia tidak
boleh keluar masuk, berjalan-jalan, melakukan atau mengatakan sesuatu sesuka
hatinya. Dalam kelas ia harus selalu memperlihatkan aturan dan kepentingan
anak-anak lain.
Dengan suasana kelas yang demikian, anak
itu melihat dirinya sebagai salah seorang di antara anak-anak lainnya. Demikian
rasa egosentrisme berkurang dan digantikan oleh kelakuan yang bercorak sosial. Juga
dipekarangan sewaktu istirahat ia tidak dapat menjalankan kemauannya seperti di
rumah akan tetapi harus memperhitungkan kedudukannya dalam hubungannya dengan
kedudukan anak-anak lain. jadi di sekolah anak itu belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas keterampilan sosialnya. Ia juga
berkenalan dengan anak yang berbagai ragam latar belakangnya dan belajar untuk
menjalankan perannya dalam struktur sosial yang dihadapinya di sekolah.
Dalam perkembangan fisik dan psikologis
anak, selanjutnya anak itu memeroleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan
sosialnya dengan nak-anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama,
jenis kelamin dan kepribadiannya. Lambat laun ia membiasakan diri dari ikatan
rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan
masyarakat luas.
Sekolah merupakan lembaga tempat anak
terutama diberi pendidikan intelektual, yakni mempersiapkan anak untuk sekolah
yang lebih lanjut. Oleh sebab itu tugas cukup penting dan berat, maka perhatian
sekolah sebagian besar ditujukan kepada aspek intelektual itu. Aspek lain
seperti pendidikan moral melalui pendidikan agama dan moral Pancasila juga
diperhatikan, namun dapat kita katakana bahw apendidikan sosial masih belum
mendapat tempat yang menonjol. Kesempatan-kesempatan untuk kerja-sama dalam pelajaran dan kegiatan
kurikulum maupun ekstra-kulikuler lainnya perlu lebih dimanfaatkan.
Untuk mengetahui hingga manakah
pendidikan sosial di sekolah dilakukan, kita perlu mempelajari hal-hal yang
berikut:
1.
Nilai-nilai yang
dianut di sekolah.
2.
Corak kepemimoinan,
apakah otokratis atau demokratis.
3.
Hubungan antar-murid,
apakah misalnya terutama dipengaruhi oleh suasana persaingan atau kerja sama.
mantep abis kontennya. Bermanfaat
BalasHapus