Menurut
penelitian, makin tinggi pendidikan seseorang makin kurang prasangkanya
terhadap golongan lain, makin toleran sikapnya terhadap golongan minoritas. Mereka
yang berpendidikan universitas ternyata menunjukkan sikap yang paling toleran. Jika
hasil penelitian itu benar maka pendidikan harus ditingkatkan sampai taraf yang
setingginya untuk menghilangkan prasangka itu. Namun ada beberapa alasan
cita-cita itu tidak akan tercapai. Tak dapat kita harapkan bahwa setiap orang
akan dapat memperoleh pendidikan tinggi. Ada tidaknya prasangka tidak
semata-mata ditentukan oleh pendidikan. Dua orang, sama-sama sarjana mungkin
sekali mempunyai prasangka yang berbeda-beda yang seorang misalnya dibesarkan
dalam keluarga yang berada, yang bahagia tanpa banyak mengalami frustasi dan
bersifat toleran terhadap golongan-golongan lain. sebaliknya yang seorang lagi
hidup dalam keluarga yang harus berjuang dan bersaing keras dengan
golongan-golongan lain. selain itu ia dipengaruhi oleh prasangka terhadap
golongan lain dalam keluarga dan lingkungannya. Oaring yang pertama telah
terdidik sejak kecil dalam suasana toleran. Pendidikan formal tidak akan
mengubah sikapnya. Orang yang kedua telah dididik dalam suasan prasangka
terhadap golongan lain dan sikap yang telah tertanam sejak kecil dalam hati
sanubarinya juga tidak akan banyak diubah oleh pendidikan formal. Kedua orang
itu memperoleh pengalaman yang berlainan. Banyak prasangka diperoleh dari sikap
dan pendapat orang tua dan dari pengalaman dalam lingkungannya.
Ini
tak berarti bahwa pendidikan di sekolah sama sekali tak ada pengaruhnya. Pendidikan
dapat merupaka faktor yang menentukan kedudukan, rasa harga diri, rasa
ketentraman hidup yang turut menentukan prasangka. Ada kemungkinan mengurangi,
tetapi dapat pula memerluat prasangka. Ada kemungkinan mengurangi, tetapi dapat
pula memperkuat prasangka. Pendidikan Nazi yang diberikan selama zaman Hitler
yang mendewakan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa-bangsa lain dengan sengaja
menanamkan prasangka itu. Akan tetapi meningkatkan taraf pendidikan itu sendiri
tidak memecahkan masalah prasangka ini.
thanks mba nur!
BalasHapusbrio