Kaum
idealisme dengan pemahamannya bahwa sommum
bonum (ide kebaikan tertinggi) kehidupan manusia sesungguhnya telah ada
bersamaan dengan kemunculan dirinya ke
dunia, menjadikan, bahwa nilai apa pun selalu bersifat tetap dan tidak
berubah-ubah, absolut. Nilai-nilai kebaikan dan kebajikan; yang benar dan yang
cantik sesungguhnya tidak akan berubah secara fundamental dari suatu generasi
ke generasi berikutnya, dan masyarakat yang satu ke masyarakat berikutnya.
Essessinya tetap konstan dan tidak pernah berubah. Idealism percaya bahwa nilai
sesungguhnya bukanlah produk dari manusia, tetapi lebih merupakan bagian dari
alam jagad raya, sedemikian rupa maka aliran ini pun mengakui bahwa apa yang
dikatakan baik-buruk, benar-salah, cantik-jelek, bahagia-sengsara dan yang
senada dengan ini secara fundamental tidak akan pernah berubah dari generasi ke
generasi. Dan oleh karena itu, tugas manusia adalah bagaimana agar nilai-nilai
kebaikan itu teraplikasi dalam keseluruhan realitas aktivitasnya di dunia.
Dalam
merealisasikan nilai-nilai dalam konteks innate
idea itu ke dalam kehidupan nyata diperlukan berbagai perangkat pendukung
agar ia menjadi nilai sejati dalam dirinya. Di sinilah letak peran dan tanggung
jawab pendidikan sebagai wadah untuk memunculkan nilai-nilai absolut itu ke
dalam realitas tindakan. Hanya dengan cara demikian menjadikan diri seseorang
subjek didik sadar bahwa ia harus merealisasikan nilai-nilai yang ia sadari itu
untuk dirinya. Oleh karena itu, subjek didik menurut kaum idealism harus
diajarkan bagaimana meraih nilai-nilai dan bagaimana mereka dapat hidup dengan
nilai-nilai itu.
Mengingat
perealisasian nilai erat kaitannya dengan keseluruhan aktivitas spiritual
manusia, maka dalam upaya pendidikan nilai subjek didik mesti diposisikan
sebagai makhlu spiritual yang sepenuhnya mesti menyadari bahwa dirinya mesti
mengupayakan nilai-nilai kebaikan itu dalam realitas. Sedemiak rupa, sehingga
bagi kelompo ini, subjek didik ditempatkan secara harmonis dengan keseluruhan
spiritual yang lebih besar yang ia miliki. Subjek didik mesti menyadari bahwa
dosa atau perubahan salah itu tidak semata-mata untuk dirinya atau masyarakat
atau bahkan umat manusia secara keseluruhan, tetapi juga jiwa alam jagad raya
ini. Nilainya menjadi signifikan hanya ketika terkait kepada tatanan alam
spiritual yang lebih tinggi.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa, realisasi nilai absolut dalam diri manusia
memerlukan pengupayaan-pengupayaan atau sokongan dari unsur-unsur lain di luar
individu itu agar ia tampil dalam tindakan. Sedemikian rupa, sehingga walaupun
idealism memandang bahwa nilai dan etika tidak dapat diajarkan dalam
pembelajaran formal, namum mengingat realisasinya sangan tergantung pada
harmonisasi keseluruhan unsur jiwanya yang meniscayakan pengkondisian dari
luar, maka pendidikan tentulah memegang peran yang berarti. Tidak saja karena
eksistensinya sebagai upaya sadar seseorang atau sekelompok orang akan arti
penting penanaman nilai-nilai, tetapi juga karena memang perannya sebagai
percepatan tumbuhnya nilai-nilai itu dalam kehidupan senyatanya.
Mengingat dosa atau ketidakbaikan
menurut idealism adalah kebaikan yang tidak sempurna dari pada sesuatu yang
positif dalam dirinya. Perilaku tidak baik dalam keseluruhan realitasnya selalu
muncul dari adanya tindakan disorganisasi dan kurangnya sistem yang ada di alam
jagad raya ini. Sistem dan tatanan yang ada di dunia tergantung pada subjek/individu
dalam memandang realitas. Oleh karena itu, pendiidkan mesti dimaknai sebagai
suatu pengkondisian natural manusia dalam hubunga adaptifnya dengan alam jagad
raya. Hal ini penting mengingat hanya sikap natural yang dapat mendukung
perwujudan nilai-nilai absolut dalam tindakan nyata yang secara sistematis akan
menipiskan dan atau bahkan akan menghilangkan ketidakbaikan sebagai sesuatu
nilai absolut yang tidak sempurna. Hal ini dikarenakan sifat spirit manusia
selalu bermuara pada perwujudan nilai-nilai kesempurnaan, sehingga dunia secara
nyata lebih rasional dan menuju pada kesempurnaan, sebaliknya dosa pun secara
berangsur-angsur akan menghilang.
Dalam sistem persekolahan, para guru
idealism mesti meyakini bahwa tidak ada murid yang benar-benar jelek, dan atau
tidak baik. Yang ada hanya orang-orang yang telah menggelincirkan dirinya dari
tatanan moral yang secara natural memiliki nilai-nilai fundamental dari alam
jagad raya ini. Oleh karena itu, pendidikan persekolahan mesti ditata dalam
sistem rasional dan teratur sesuai dengan jalur natural yang ada dalam alam
jagad raya.
Dengan jelas Plato menyakatan bahwa kehidupan yang baik hanya terdapat dalam
masyarakat yang baik. Dalam buku Republic-nya
ia menguraikan masyarakat yang ideal yang diatur oleh elit-elit raja yang
filsuf dan berakhlak mulia. Hegel dalam
hal ini juga menyebutkan bahwa individu mengambil pemahaman dan praktik
moralnya dari negara bertatanan nilai moral. Masyarakat ideal Kant pun terdiri dari orang-orang yang
terlatih satu dengan lainnya dan bertujuan untuk saling menyenangkan dari pada
menjadikan orang lain sebagai alat. Ungkapan kategoris imperatifnya yang
terkenal menunjukkan bahwa kita harus selalu berbuat sebagai individu mengarah
pada hukum-hukum alam yang universal yang mengikat semua manusia dalam tatanan
lingkungan yang sama.
Para tokoh utama idealism ini sepakat
bahwa perwujudan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan yang telah dibawa manusia
sejak lahir sangat tergantung pada tatanan kehidupan dalam masyarakat. dan oleh
karena itu, undang-undang dan peraturan-peraturan dalam suatu masyarakat sangat
diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang baik. Dalam kaitannya dengan
pendidikan, segala upaya edukais selalu bermakna pembiasaan-pembiasaan dan
pengupayaan-pengupayaan tegaknya aturan-aturan, dan norma-norma kebaikan.
Mengasumsikan bahwa tidka ada orang yang
dengan sengaja menginginkan perbuatannya salah, buruk dan tidak menyenangkan,
maka tentu kita akan mengharapkan setiap orang selalu mengikuti marxim model Immanuel Kant yang melarang orang untuk melakukan perbuatan yang
tidak benar. Ketika seorang subjek didik berperilaku salah, maka guru harus
menanyakan kepadanya apa yang terjadi bila setiap orang melakukan perbuatan
yang salah ini. Apakah guru telah mensetting contoh yang baik bagi kelasnya
untuk diikuti, atau apakah guru telah meminta siswanya untuk menjadi contoh
yang baik bagi siswa yang lainnya untuk diikuti.
Pelanggaran disiplin diyakini sebagai
ekspresi pemuasan diri sendiri yang mesti dihukum sesuai dengan prinsip-prinsip
moral yang telah tertanam di dalam kebudayaan masyarakat sepanjang waktu.
Menurut pandangan kelompok idealisme modern, prinsip-prinsip moral ini secara
umum berakar dari agama atau paling tidak menurut pandangan kehidupan yang
abadi.
Plato sebagai tokoh utama idealisme
meyakini, bahwa nilai-nilai kebaikan dan kebijakan bukanlah sesuatu yang dapat
diajarkan seperti mengajarkan pengetahuan sains tetapi lebih pada
pembiasaan-pembiasaan dan penyontohan-penyontohan antar individu dalam
masyarakat. oleh karenanya membangun individu yang bernilai, mestilah dengan
mengikutsertakan keterlibatan keseluran aspek yang terkait dengan
pembentukannya. Pendidikan nilai mesti dimulai dengan membangun tatanan dan
sistem yang sarat nilai.
Referensi:
Muhmidayeli. 2013. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
salam sehat selalu
BalasHapusterimakasih mba nur
carms
menarik postingannya. terimakasih
BalasHapus