1.
Ilmu
Ilmu
yang dimaksud pada bagian ini mencakup di dalamnya pengetahuan. Jadi, ilmu
dapat disebut dengan ilmu pengetahuan. Namun secara ringkas sering disebut
dengan ilmu saja. Padahal sesungguhnya ada perbedaan yang sangat prinsipil
antara ilmu dan pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematis,
metodik, ilmiah, dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Sedangkan
pengetahuan adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya sesuatu hal yang
diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman (empiris), kesadaran
(intuisi), informasi, dan sebagainya. Jadi, pengetahuan mempunyai cakupan lebih
luas dan umum daripada ilmu. Namun, dalam tulisan ini sengaja disebut dengan
menggabungkan keduanya, yaitu ilmu pengetahuan. Karena keberadaan ilmu dan
pengetahuan sama-sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan, tidak boleh
dipisahkan. Ilmu membentuk daya inteligensi yang melahirkan keterampilan
(skill). Sedangkan pengetahuan membentuk daya moralitas keilmuan yang
melahirkan tingkah laku kehidupan manusia.
Dalam
penggunaan sehari-hari orang cukup hanya menyebut ilmu saja untuk maksud ilmu
pengetahuan. Ilmu artinya pengetahuan yang ilmiah. Oleh karena itu, Mohammad
Hatta menyebut ilmu dan pengetahuan menggunakan dengan sebutan pengetahuan,
karena bagi Hatta (1945: 5) antara ilmu dan pengetahuan adalah sama-sama
sebagai pengetahuan. Menurutnya “pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat
dari pengalaman, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang didapat dengan
keterangan”. Menurut Endang Saifuddin Anshari (1987: 49-50), ilmu pengetahuan atau ilmu adalah usaha pemahaman
manusia mengenai kegiatan, struktur, pembagian, hukum tentang hal ikhwal yang
diselidiki melalui penginderaan dan dibuktikan kebenarannya melalui riset.
Setelah
mengetahui definisi ilmu pengetahuan, maka selanjutnya yang perlu juga dipahami
adalah tentang ciri suatu ilmu tersebut.
Ciri dari sesuatu yang dikategorikan menjadi ilmu pengetahuan adalah karena ada
objeknya. Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh objeknya. Ada dua macam objek
ilmu pengetahuan, yaitu objek materi dan objek forma. Objek materi ialah
sasaran atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu. Sedangkan
objek forma ialah sudut pandang atau cara pandang mengenai objek materi
tersebut, sehingga dengan objek forma ini dapat dibedakan menjadi ilmu
tertentu. jadi, yang membedakan suatu ilmu dari yang lainnya ialah objeknya.
Sekalipun objek materinya sama, tetapi sudut pandangnya atau objek formanya
berbeda.
Kemudian
perlu dikemukakan pula di sini perihal ilmuwan. Ilmuwan adalah orang yang
memiliki ilmu pengetahuan, seorang ilmuwan harus memiliki sikap-sikap yang
harus dimiliki dalam melakukan tugasnya. Sikap tersebut, antara lain :
a. Objektivitas. Sikap
objektif artinya pandangan atau penilaian yang mengutamakan objeknya. Jadi,
objektif berarti menilai atau memandang sesuatu sesuai dengan objeknya. Dengan sikap
objektif ini, seorang ilmuwan menghindari sikap subjektif, yang bisa berupa
emosi, prasangka, atau dugaan yang belum terbukti kebenaran ilmiahnya. Selain
itu, dengan adanya sikap subjektif cenderung membawanya kepada hal-hal yang di
luar kewajaran, misalnya karena ada kedekatan dengan seseorang, sehingga dalam
memberikan penilaian atau pandangan hasilnya tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya.
b. Sikap skeptis, yaitu
sikap yang selalu ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang belum cukup kuat
dasar-dasar pembuktianya.
c. Sikap selalu ingin tahu
(misselinousness). Seorang ilmuwan harus memiliki minat,
hasrat, dan semangat yang tinggi untuk mencari atau mengetahui jawaban atas
berbagai persoalan ilmu yang ditekuninya.
d. Sikap kejujura ilmiah.
Sikap ini membawanya kepada sikap berani mengemukakan sesuatu yang hak (benar) dan menolak yang batil (buruk atau sesuatu yang salah).
Dengan sikap jujur, mendorong dirinya untuk selalu terbuka menerima kebenaran
atau teori baru yang sudah terbukti kebenaran ilmiahnya. Selain sikap-sikap di
atas, seorang ilmuwan juga harus memiliki sikap-sikap lain, seoperti lapang
dada, toleran, rendah hati, sabar, tabah, tekun, dan rajin dalam mencari
kebenaran-kebenaran ilmiah.
2.
Filsafat
Secara
garis besar filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji segala masalah-masalah
yang berkenaan dengan segala sesuatu secara sungguh-sungguh guna menemukan
hakikat yang sebenarnya. Kata filsafat yang terambil dari bahasa Yunani, yaitu philosophia yang berarti kebijaksanaan
atau mencintai kebijaksanaan.
Mengenai
objek filsafat, sama halnya dengan objek ilmu pengetahuan terdiri dari dua
objek, yaitu objek materi dan objek fomal. Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa yang menjadi objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada. Namun, secara garis besarnya objek filsafat terdiri dari tiga aspek, yaitu
alam, manusia, dan Tuhan.
Kedudukan
filsafat sebagai ilmu pengetahuan dikenal sebagai induk dari segala ilmu
pengetahuan, dengan demikian filsafat mempunyai cabang-cabang atau
bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian atau cabang-cabang filsafat
secara garis besarnya terdiri dari beberapa cabang, yaitu metafisika, epistemologi,
logika, etika, estetika, dan sejarah filsafat. Cabang-cabang tersebut secara
keseluruhan telah menjelaskan tentang posisi filsafat yang sangat luas
cakupannya.
3.
Agama
Pengertian
agama yang paling umum dipahami adalah bahwa kata agama berasal dari bahasa
Sansekerta yang berasal dari kata a dan gama. A berarti ‘tidak’ dan gama
berarti ‘kacau’. Jadi, kata agama diartikan tidak kacau, tidak semrawut, hidup
menjadi lurus dan benar. Pengertian gama menunjuk kepada jalan atau cara yang
ditempuh untuk mencari keridhaan Tuhan. Dalam agama itu ada sesuatu yang
dianggap berkuasa, yaitu Tuhan, zat yang memiliki segala yang ada, yang
berkuasa, yang mengatur seluruh alam beserta isinya.
Agama
dibedakan dengan agama wahyu dan agama bukan wahyu. Agama wahyu biasanya
berpijak pada keesaan Tuhan, ada nabi yang bertugas menyampaikan ajaran kepada
manusia dan ada kitab suci yang dijadikan rujukan dan tuntunan tentang baik dan buruk. Sedangkan pada agama yang
bukan wahyu tidak membicarakan tentang keesaan Tuhan, dan tidak ada nabi.
Referensi :
Susanto. 2011. Filsafat
Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar