Selasa, 04 Oktober 2016

Pembelajaran IPS dalam Era Globalisasi dan Keragaman Budaya

Pendidikan global merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan (perspective) tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan antar budaya, umat manusia dan kondisi planet bumi.
Globalisasi inti dari kata global yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi di mana isu dan masalah yang menyangkut bangsa dan Negara atau bahkan seluruh dunia. pengertian lain dari kata Global yang bermakna keseluruhan.
Menurut Tye dalam bukunya “Global Education”: From Thought To Action, pemahaman terhadap globalisasi merupakan proses belajar tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintasi batasan-batasan Negara (nation) dan tentang sistem keterhubungan dalam lingkungan, budaya, ekonomi, politik, dan teknologi. dan di samping itu, untuk memahami lebih mendalam diperlukan perspektif atau sudut pandang dan pendekatan terhadap kenyataan bahwa sementara individu dan kelompok-kelompok memiliki kebutuhan dan keinginan-keinginan yang sama (Skeel, 1995:136).
Anderson mengatakan bahwa tidak ada satupun Negara di dunia yang mampu menolak bahkan menghindari globalisasi, tidak ada pilihan lain kecuali menyesuaikan diri dengan langkah melakukan perubahan. Perubahan yang penting, antara lain menyesuaikan sistem pendidikan dalam arti penyesuaian seperlunya agar dapat mengantisipasi realita yang ada. Seharusnya pendidikan nasional dapat mampu mengantisipasi satu langkah lebih maju dibandingkan segi kehidupan lainnya.
Pendidikan tidak hanya memberikan pengertian, dan keterampilan untuk hidup secara efektif dalam masyarakat global dewasa ini, tetapi juga harus memberikan kemampuan untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang di masa akan datang dan mampu menghargai masa lampau.
Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia dengan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut menurut King dan kawan-kawan harus mengandung hal-hal berikut :
·      Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian dari jaringan yang memiliki keterkaitan.
·      Kepedulian terhadap pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional maupun universal. Namun demikian keputusan yang diambil haruslah demi tatanan dunia yang lebih baik di masa akan datang.
·      Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang berbeda dan mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan lain.
       Guru dapat dikatakan suatu profesi, dalam menjalani profesi guru hendaknya selalu meningkatkan kemampuan. Seperti yang dikatakan Zainal Asri ( 2010 ), mengajar butuh seni dan bakat, tugas tersebut merupakan penghargaan yang cukup mulia apabila  benar-benar diminati atas kesadaran yang tinggi sebagai pendidik. Pembelajaran IPS menuntut para Guru untuk menciptakan bebagai cara agar pembelajaran ini menarik bagi siswa.
       Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa, mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti tidak harus mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian juga sebaliknya, sebagai warga Negara yang baik seharusnya menjadi warga dunia yang baik.
       Sebagai contoh :
       Seorang warga dunia yang baik akan menaati peraturan-peraturan yang berlaku di antaranya mengajarkan peserta didik agar membuang sampah pada tempatnya sehingga tidak akan terjadi banjir dikemudian hari. Kepatuhan terhadap peraturan membuang sampah [ada tempatnya, secara tidak langsung sekaligus telah menjadi warga Negara dunia yang baik karena telah ikut membersihkan lingkungan dan menjaga agar terhindar dari banjir.
            Ditarik suatu gambaran dari contoh di atas, bahwa menjadi warga Negara yang baik seharusnya menjadi warga dunia yang baik pula.
       Pendidikan global mencoba lebih banyak menerangkan persamaan dari pada perbedaan perbedaan yang dimiliki oleh berbagai bangsa. Disamping itu, berusaha memberikan penekanan untuk berpikir tentang negerinya sendiri, terutama berhubungan dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi batas-batas Negara.  
     Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang unggul sebagai modal utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya tersebut pendididkan memiliki peran yang sangat penting. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsure pokok, yaitu input, proses, dan output. Input pendidikan adalah peserta didik dengan berbagai cirri-ciri yang ada pada  peserta didik. Proses pendidikan terkait berbagai hal seperti pendidik, kurikulum, gedung, buku, metode mengajar. Output atau hasil pendidikan dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Widiyarti &Suranto, t.t. , hal 1).
Pendidikan IPS adalah seleksi dan rekonstruksi dari disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, yang diorganisir dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001, hal. 191).
Untuk menghadapi tantangan dan dinamika masyarakat dan globalisasi, maka perlu konsolidasi kurikulum yang meliputi :
a)      Penetrasi jati diri pendidikan IPS ke dalam primary structure.
b)      Mata kuliah yang tidak begitu penting disederhanakan dan menampilkan pendidikan global.
c)      Semua mata kuliah disiplin ilmu diperkuat sehingga setaraf dengan mata kuliah di universitas untuk mendukung primary structure.
d)     Diadakan mata kuliah yang berorientasi pada bisnis dan bahasa asing.
e)      Perlu ada monitoring yang intensif terhadap perkembangan pembangunan nasional, globalisasi sebagai bahan untuk memperkaya kurikulum FPIPS dengan pengetahuan fungsional (functional knowledge) (Somantri, 2001, hal. 190).
Di tengan iklim globalisasi, pendidikan IPS tetap diperlukan, baik sebagai penopang identitas nasional maupun pemecahan masalah local, regional, nasional, dan global. Masalah akan selalu ada, dalam mengatasi segala kendala yang muncul di era globalisasi dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Masalah dalam pendidikan IPS, baik dari kurikulum, pengembangan perguruan tinggi, kemampuan guru dalam pembelajaran, kebijakan pemerintah, peran masyarakat itu sendiri harus bekerja sinergis, karena hasil yang didapatkan akan dirasakan oleh seluruh lapisan. Dan keberhasilan yang akan diperoleh, juga akan menjadi buah yang manis yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
            Willard M. Kniep (1986) mengemukakan bahwa isi pendidikan global dirumuskan dari realitas sejarah dan kondisi saat ini yang menggambarkan dan menunjukkan dunia sebagai masyarakat global. Dari hasil analisisnya ini, Kniep (1986, h.437) memperkenalkan empat unsur kajian yang dianggap esensial dan mendasar bagi pendidikan global : (1) kajian tentang nilai manusia (the study og human values); (2) kajian tentang sistem global (the study og global systems); (3) kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global (the study of global problems and issues); (4) kajian tentang sejarah hubungan dan saling ketergantungan antar orang, budaya dan bangsa (the study of the history of contacts and interdependence among peoples, cultures, and nations).
       Kniep (1986, h.422-444) mengemukakan empat kategori pemikiran isi pendiddikan global yang dapat menjadi masukan untuk kurikulum :
1.      Isu-isu Perdamaian dan Keamanan
Menciptakan keamanan dan mempertahankan perdamaian telah menjadi pemikiran bangsa-bangsa sepanjang sejarah karena sistem internasional tidak mempunyai pusat otoritas untuk melaksanakan hukum dan menyelesaikan konflik dengan suatu sistem kedaulatan bangsa-bangsa.
2.      Isu-isu Pembangunan
Studi tentaang isu-isu pembangunan akan mengajak para siswa dalam perjuangan rakyat dan bangsa untuk memperoleh kebutuhan dasar: mencapai pertumbuhan ekonomi nasional, dan memperluas kebebasan politik, ekonomi dan sosial mereka.
3.      Isu-isu Lingkungan
Isu-isu lingkungan terutama berkaitan dengan akibat-akibat eksploitasi sumber daya manusia dan pengelolaan kekayaan bumi. Pendidikan global akan memberi kesempatan kepada para siswa untuk melihat perannya dalam isu-isu dan masalah-maslah global demikian pula peran orang dan sistem lainnya.
4.      Isu-isu Hak Asasi Manusia
Pada dasarnya, masyarakat global seyogianya peduli terhadap konsep-konsep hak asasi manusia universal di tengah adanya penyalahgunaan terhadap hak asasi manusia. Sehingga memberikan pada para siswa untuk mengerti tentang hak-hak manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

§  Keragaman Budaya
       Keragaman budaya mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaan, perbedaan dan budaya berarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.
       Dengan demikian, keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari suatu perangkat gagasan, dan hasil karya. (Koentjaraningrat, 1980:193).
       Keanekaragaman budaya diantaranya mengambil wujud perbedaan ras, dan etnik yang dimiliki sebuah masyarakat. keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia Sekolah Dasar, di Indonesia sejak kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa di kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar belakang pekerjaan orangtua, dan kemampuan belajar. Pelajaran IPS akan menjadi menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Menurut Skeel, pelajaran IPS pada dasarnya mengutamakan atau memperbolehkan perbedaan dalam persamaan atau persamaan dalam perbedaan.
       Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu diantaranya adalah pembaruan, prasangka, dan etnosentrisme (melahirkan superioritas dan inferioritas).
       Dua hal yang terakhir sebenarnya lebih bersifat bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembaruan (asimilasi).
       Menurut Koentjaraningrat pembaruan adalah proses sosial yang timbul apabila ada hal-hal berikut :
·         Goongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
·         Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama.
·         Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
       Faktor-faktor yang menghambat pembaruan, antara lain :
·         Kurang penggettahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
·         Sifat takut terhadap ketakutan dari kebudayaan lain atau inferioritas.
·         Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap kebudayaan lain atau perasaan superiorasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar