Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng, yakni alat
untuk menyembunyikan identitas diri. Bagi bangsa Romawi persona berarti “bagaimana seseorang tampak pada orang lain”, jadi
bukan diri yang sebenarnya. Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris person, atau persona dalam bahasa Latin yang berarti
manusia sebagai perorangan, diri manusia atau diri orang sendiri.
Sumber
lain melihat, pribadi (persona,
personeidad) adalah akar structural dari kepribadian, sedang kepribadian (personality, personalidad) adalah pola
perilaku seseorang di dalam dunia.
Secara
filosofis dapat dikatakan bahwa pribadi adalah “aku yang sejati” dan
kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku tertentu. di
sini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan
seseorang kepada orang lain yang diperoleh dari apa yang dipikir, dirasakan,
dan diperbuat yang terungkap melalui perilaku.
Banyak
definisi tentang kepribadian. Tetapi uraian paling lengkap adalah yang
dikemukakan oleh G.W. Allport dalam buku Child
Development karangan Elizabeth Hurlock. Dikatakan bahwa, kepribadian adalah
organisasi (susunan) dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang
menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.[1]
Sejalan
dengan pengertian yang dikemukakan di atas, Bruce Perry, seorang peneliti dari Baylor College of Medicine AS menemukan
bukti bahwa perilaku buruk juga disebabkan oleh perubahan struktur dan kerja
pada otak. Adapun Sumarmo Markam berkesimpulan bahwa kepribadian tersebut dapat
dilihat dari perilaku seseorang yang dibentuk melalui Amigdala, yaitu bagian dalam sistem limbik pada otak manusia yang berfungsi sebagai pusat perasaan.
Sebagai
organisasi yang dinamis, artinya kepribadian itu dapat berubah-ubah dan
antarberbagai komponen kepribadian tersebut (sistem psikofisik seperti
kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, emosi, perasaan, dan motif) memiliki
hubungan yang erat. Hubungan tersebut terorganisasi sedemikian rupa secara
bersama-sama mempengaruhi pola perilaku dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Di lain pihak, Freud menyebutnya sebagai struktur yang memilki tiga
sistem, yakni id, ego, dan super ego, di mana ego merupakan badan eksekutif kepribadian yang menentukan tindakan
apa yang tepat, impuls id mana yang
dipuaskan dan bagaimana caranya, dan ego menjadi
penengah antara id dan super ego yang menginginkan kesempurnaan
bersih terhadap realitas lingkungan dan tuntutan norma. Fieldman menggambarkan
sebagai perilaku yang stabil dari manusia yang ditunkukkan pada sikap yang uniform dan merupakan kelanjutan
pengalaman masa lalu. Chambers, menyatakan bahwa kepribadian adalah hal yang
aneh yang tidak bisa diperhitungkan jika berbicara tentang diri sendiri akan
kelihatan berbeda sengan setiap orang.
Meskipun
secara eksplisit Littauer tidak merumuskan apa yang disebut dengan kepribadian,
namun ia mengutip pendapat David Lykken bahwa kepribadian sebagai sebagai suatu
perangai dan langkah serta semua kekhasan yang membuat orang berbeda dari orang
lain dalam hal kemungkinan hubungan dengan genetic tertentu dalam diri manusia.
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa kepribadian memiliki arti yang
ssangat khas dan kompleks, karena mengacu kepada suatu proses yang dapat
dilakukan manusia sejak kecil hingga dewasa. Dalam uraian di atas ditunjukkan
dengan “kelanjutan masa lalu”.
Kepribadian
manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri orang. Jika
dikaji lebih dalam sebenarnya proses ini sudah berjalan dengan memberi
pengalaman dan mewarnai perkembangan kepribadian seseorang. Jadi secara umum,
dapat dikatakan bahwa kepribadian merupakan suatu proses dinamis di dalam diri,
yang terus-menerus dilakukan terhadap sistem psikofisik (fisik dan mental),
sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang
terhadap lingkungan.
Referensi:
Djaali. 2013. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar