Minggu, 20 November 2016

Pendekatan dalam Filsafat Ilmu



Dalam melakukan studi filsafat dilakukan berdasarkan beragamnya pendapat dan pandangan. Agar studi filsafat tidak menjadi historiss melainkan sistematis, fungsional, dan komparatif kita perlu melakukan pendekatan-pendekatan sehingga dapat membuka wawasan kita yang lebih luas.
            Pendekatan yang dipakai dalam menelaah suatu masalah juga dapat dilakukan dengan menggunakan sudut pandang atau tinjauan dari berbagai cabang ilmu, seperti ilmu ekonomi, politik, psikilogi, dan sosiologi. Dengan pendekatan berdasarkan ilmu ekonomi misalnya, maka ukuran-ukuran ekonomilah yang dipergunakan untuk memilih berbagai masalah, pertanyaan, dan data yang akan dibahas mengenai suatu gejala. Demikian pula dalam menelaah tentang ilmu misalnya, bilamana digunakan tinjauan dari sosiologi, maka ukuran-ukuran seperti pranata kemasyarakatan, aktivitas antar perorangan, jaringan komunikasi, atau sistem sosial akan menjadi kerangka atau dasar pembahasan. Dalam beberapa sumber bacaan, dasar suatu cabang ilmu seringkali dianggap sebagai metode, sehingga terdapat sebutan misalnya metode psikologis (psychological method) atau metode sosiologis (sociological method). Istilah-istilah yang kiranya lebih tepat adalah pendekatan psikologis atau pendekatan sosiologis.
            Beberapa penulis yang mengomentari tentang pendekatan filsafat ilmu ini seperti yang dikemukakan oleh Muhadjir dan Parsons. Muhadjir dalam Ismaun (2004) menjelaskan tentang pendekatan filsafat ilmu sebagai berikut :
            “Pendekatan sistematis agar mencakup materi yang shahih/valid sebagai filsafat ilmu, pendekatan mutakhir dan fungsional dalam pengembangan teori. Mutakhir dalam arti identik dengan kontemporer dan identik dengan hasil pengujian lebih akhir dan valid bagi suatu aliran atau pendekatan, dan pendekatan komparatif bahwa suatu penelaahan suatu aliran atau pendekatan ataupun model disajikan sedemikian rupa agar kita dapat membuat komparasi untuk akhirnya mau memilih”.
            Sedangkan Parsons (Ismaun: 2004) dalam studinya melakukan ilma pendekatan sebagai berikut.
1.      Pendekatan received view yang secara klasik bertumpu pada aliran positivisme yang berdasar kepada fakta-fakta.
2.      Pendekatan menampilkan diri dari sosok rasionality yang membuat kombinasi antara berpikir empiris dengan berpikir struktural dalam matematika.
3.      Pendekatan fenomenologik yang tidak hanya sekedar pengalaman langsung, melainkan pengalaman yang mengimplikasikan penafsiran dan klasifikasi.
4.      Pendekatan metafisik, yang bersifat intransenden. Moral berupa suatu yang objektif universal.
5.      Pragmatisme, walaupun memang bukan pendekatan tetapi menarik disajikan, karena dapat menyatukan antara teori dan praktik.
Dengan memahami pendekatan-pendekatan sebagaimana disebutkan dalam kutipan di atas untuk melakukan studi filsafat dalam memilih salah satu pendekatan yang tepat sehingga dalam melakukan generalisasinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Cara untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah, yaitu dengan menggunakan metode ilmiah, berpikir secara rasional dan bertumpu pada data-data empiris.
Jenis pendekatan lain yang juga penting kita telaah sebagai perbandingannya adalah pendekatan deduksi dan pendekatan induksi. Alasan kedua pendekatan ini relatif lebih familiar dengan keseharian kita, serta pendekatan ini menunjukkan kepada kita bahwa filsafat ilmu adalah sebuah ilmu yang mempelajari filsafat. Karenanya kita perlu melihat bahwa sebagai cabang ilmu filsafat menghasilkan teori-teorinya dari hasil pelaksanaan metode ilmiah.
Pola pendekatan induktif dan deduktif menggambarkan bahwa untuk melakukan studi ilmiah yang pertama harus dilakukan adalah menetapkan rumusan masalah dan mengindentifikasikannya, kemudian ditunjang oleh konsep dan teori atas temuan yang relatif.
Secara ekstrim aliran pragmatisme menyatakan bahwa metode ilmiah adalah sintesis antara berpikir rasional dan empiris. Metode yang dikembangkan oleh John Dewey, sebagaimana dikutip oleh Anna Poedjiadi (1987: 18) memberikan langkah-langkah sebagai berikut: a) identifikasi masalah; b) formulasi hipotesis; c) mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data; d) formulasi kesimpulan; e) verifikasi apakah hipotesis ditolak, diterima, atau dimodifikasi.

Referensi :
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar